Jumat, 22 Oktober 2010

PEMUDA DAN SOSIALISASI


PEMUDA DAN SOSIALISASI

1. Seminar Tentang Remaja
           
M
asa remaja adalah asa transisi dan secara piskologis sangat problematic. Masi ini memngkingkan mereka berada dalam anomi (keadaan tanpa norma atau hokum) akibat kontrakdisi norma maupun orentasi mendua.
Rangkuman pembicaraan Dekan FISIP-UI Dr. Manasse malo, ketua jurusan piskologi social, anomi , menurut Enoch markum, muncul akibat keaneragaman dan kekaburan norma. Misalnya norma A yang ditanamkan dalam keluarga, sangat bertentangan dengan norma B yang ia saksikan diluar lingkungan keluarga.  Masyarakat diharapkan mampu memberi jawaban, juga dalam keadaan transisi, sehingga tidak mampu apa yang diinginkan remaja.
            Dalam keadaan binggung inilah mereka berusaha mencari pegangan norma lain yang mengisi kekosongan trsebut.

2. Orentasi Mendua

            Menurut Dr.Male, orentasi bertumpu pada harapan orang tua, masyarakat dan bangsa yang sering bertentangan dengan keterikatan secara loyalitas terhadap teman seaya apakah itu dilingkungan belajar (sekolah) atau di luar sekolah. Dengan demikian, mereka adalah kelompok potensi yang mudah dipengaruhi mediamassa yang apapun bentuknya.
            Keadaan bimbang akibat orentasi mendua, menyebabkan remaja nekad melakukan bunuh diri. Mengenai percobaan bunuh diri di Jakarta dalam hubungannya dengan pisikiatris dan factor cultural.
            Untuk mengatasi hal ini Dr. Malo mengemukakan beberapa aternatif. Jalan keluar yang di ambil harus memperhitungkan peranan per group. Program pendidikan yang melawan arus nilai peer.

3. Peran Media Massa

            Dewasa ini tersedia banyak pilihan isi informasi. Dengan demikian, kosan semakin permisifnya masyarakat juga tercermin pada media yang beredar. Sedangkan masa remaja yang merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

4. Perlu Dikembangkan
            Bicara mengeai kecendrungan relasi orang tua dari remaja (KROK) menyatakan positif merupakan factor pendukung hubungan orang tua dan remaja yang edukatif. Sedangkan yang negative merupakan factor yang tidak mendukung karena bersifat destruktif dan konfortatif.
            Suwarniati Sartomo berpendapat, remaja sebagai individu dan masa pancaroba mempunyai penilaian yang belum mendalam terhadap norma, etika dan agama seperti halnya orang dewaasa. Dari penelitian yang dilakukan diketahui pada umumnya responden merasa tidak sepenuhnya bertanggungn jawab terhadap masalah kenakalan remaja.
            Dari artikel diatas dapat di simpulkan bawwa masalah kepemudaan dapat ditinjau dari 2 amunisi yaitu :
  1. penghayatan mengenai peruses perkembangan bukan sebagai suatu kontinum yang sambung menyambung tetapi fragmentaris.
  2. Posisi pemuda dalam arah kehdupan itu sendiri.

5. Perguruan Dan Pendidikan

            Jika pada abad ke 20 ini pelanet bumi dihuni oleh mayoritas penduduk berusia muda, dengan perkiraan berusia 17 tahunan. Tentu akan menimbulkan pertanyaan. Dua deretan pertanyaan yang muncul adalah :
Apakah generasi muda itu telah mendapat kesempatan mengayam dunia pendidikan dan keterampilan sebagai modal utama bagi insane pembangunan.
            Di Negara-negara maju, salah satunya adalah Amerika Serikat. Di negri ini umumnya para generasi muda mendapat kesempatan luas dalam mengembangkan kemampuan dan potensi idenya, para mahasiswa merupakan sebagian dari generasi muda.
            Gagasa dan pola kerja yang hamper serupa telah dikembangkan pula di Negara-negara Asia, misalnya : Jepang, Korea selatan, Singapur dan Taiwan. Jerih payah dan ketentuan para innovator pada sector teknologi industri itu membawa Negara-negara yang berkembang mantap dalam perekonomiannya.
            Sebagai mana upaya bangsa Indonesia untuk mengembangkan potensi tenaga generasi muda agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skil berkualitas tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar